Tinggal di Jakarta? Kerja di Jakarta?
Anda mungkin tidak asing dengan kesemrautan Jakarta. Kemacetan dimana-mana, jam kerja yang dituntut sangat tinggi, membuat masyarakat Jakarta seakan terperangkap dalam gemerlap kota Jakarta. Banyak sebagian orang yang ingin berlibur namun tidak mempunyai waktu yang cukup akibat tekanan kerja yang tinggi. Hal ini tentunya dapat menyebabkan gangguan psikis seseorang karena otak dituntut untuk selalu bekerja. Tempat untuk merefresh otak pada akhirnya jatuh kepada tempat seperti Mall, Hiburan malam, dan sebagainya. Namun, tidak semua menyukai hiburan yang didasarkan pada hiburan materialisme semata, alam tetap menjadi pilihan sebagian masyarakat, contohnya seperti saya. Namun dengan waktu libur yang sangat sedikit, saya dituntut untuk menemukan tempat liburan yang dapat dijangkau dengan waktu yang terbatas. Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Kepulauan Seribu, dimana masih daerah provinsi DKI Jakarta. Akhir-akhir ini, Kep. Seribu memang mulai terkenal pesona baharinya karena selain dekat dengan pusat Jakarta, harga tour yang ditawarkan juga relatif terjangkau. Pilihan saya kali ini akhirnya jatuh pada Pulau Pari.
Pulau Pari
Seperti biasa, sebelum pergi traveling, saya selalu berusaha mencari tour-tour murah dan terpercaya, akhirnya saya memilih 1 tour diantara 5 tour yang sudah saya selidiki kapabilitasnya. Dengan harga yang disepakati, saya dan ketiga teman saya akhirnya berangkat ke pulau pari. Seperti biasa, meeting point tour untuk menuju pulau pari adalah Muara Angke pukul 6 pagi. Ya, Muara Angke adalah pelabuhan para nelayan, pasar ikan terbesar di Jakarta, tempat pelelangan ikan, sekaligus menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil yang dapat menghantarkan kita ke pulau di daerah Kepulauan Seribu. Jadi jangan heran kalau tempat ini super duper amis. Hal paling menyebalkan adalah ketika kita harus duduk di kapal yang belum jalan (terombang ambing) dengan bau amis yang menyengat, namun hal itu tidak bertahan lama ketika tepat pukul 7 pagi, kami segera meninggalkan pelabuhan Muara Angke tersebut. Belum jauh kami meninggalkan Muara Angke, ternyata kapal yang kami tumpangi rusak sehingga kami harus menunggu dan berganti kapal di tengah laut yang terombang-ambing (bisa dibayangkan bagaimana deg-degannya kami harus loncat dari kapal yang satu ke kapal yang lain dengan keadaan laut yang bergerak). Setelah itu perjalanan cukup stabil hingga pukul 10 siang kami sampai di Pulau Pari.
Anda mungkin tidak asing dengan kesemrautan Jakarta. Kemacetan dimana-mana, jam kerja yang dituntut sangat tinggi, membuat masyarakat Jakarta seakan terperangkap dalam gemerlap kota Jakarta. Banyak sebagian orang yang ingin berlibur namun tidak mempunyai waktu yang cukup akibat tekanan kerja yang tinggi. Hal ini tentunya dapat menyebabkan gangguan psikis seseorang karena otak dituntut untuk selalu bekerja. Tempat untuk merefresh otak pada akhirnya jatuh kepada tempat seperti Mall, Hiburan malam, dan sebagainya. Namun, tidak semua menyukai hiburan yang didasarkan pada hiburan materialisme semata, alam tetap menjadi pilihan sebagian masyarakat, contohnya seperti saya. Namun dengan waktu libur yang sangat sedikit, saya dituntut untuk menemukan tempat liburan yang dapat dijangkau dengan waktu yang terbatas. Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Kepulauan Seribu, dimana masih daerah provinsi DKI Jakarta. Akhir-akhir ini, Kep. Seribu memang mulai terkenal pesona baharinya karena selain dekat dengan pusat Jakarta, harga tour yang ditawarkan juga relatif terjangkau. Pilihan saya kali ini akhirnya jatuh pada Pulau Pari.
Pulau Pari
Seperti biasa, sebelum pergi traveling, saya selalu berusaha mencari tour-tour murah dan terpercaya, akhirnya saya memilih 1 tour diantara 5 tour yang sudah saya selidiki kapabilitasnya. Dengan harga yang disepakati, saya dan ketiga teman saya akhirnya berangkat ke pulau pari. Seperti biasa, meeting point tour untuk menuju pulau pari adalah Muara Angke pukul 6 pagi. Ya, Muara Angke adalah pelabuhan para nelayan, pasar ikan terbesar di Jakarta, tempat pelelangan ikan, sekaligus menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil yang dapat menghantarkan kita ke pulau di daerah Kepulauan Seribu. Jadi jangan heran kalau tempat ini super duper amis. Hal paling menyebalkan adalah ketika kita harus duduk di kapal yang belum jalan (terombang ambing) dengan bau amis yang menyengat, namun hal itu tidak bertahan lama ketika tepat pukul 7 pagi, kami segera meninggalkan pelabuhan Muara Angke tersebut. Belum jauh kami meninggalkan Muara Angke, ternyata kapal yang kami tumpangi rusak sehingga kami harus menunggu dan berganti kapal di tengah laut yang terombang-ambing (bisa dibayangkan bagaimana deg-degannya kami harus loncat dari kapal yang satu ke kapal yang lain dengan keadaan laut yang bergerak). Setelah itu perjalanan cukup stabil hingga pukul 10 siang kami sampai di Pulau Pari.
Kondisi di dalam kapal menuju Pulau Pari
Sesampainya di Pulau Pari, kami langsung diantar menuju homestay kami. Karena kami menggunakan tour private, maka untuk 1 homestay hanya berisikan kami berempat. Perlu diketahui, homestay di Pulau Pari lebih terbatas dibanding pulau lainnya di Kepulauan Seribu sehingga biasanya 1 homestay bisa diisi sekitar 10-15 orang. Sesampainya di homestay kami beristirahat sejenak. Pukul 11 siang kami dijemput untuk berkeliling wilayah Pulau Pari dengan menggunakan sepeda. Pulau Pari ini terbilang pulau yang cukup kecil, sehingga tidak butuh banyak waktu untuk berkeliling di pulau ini. Kami mengunjungi pantai-pantai sepi di Pulau Pari ini. Hingga mengunjungi pantai dibelakang kantor LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Oseanografi). Pantai di Pulau Pari ini sama halnya dengan beberapa pantai di Pulau lain dengan ciri khas pasir putih dengan air yang cukup bening ditumbuhi oleh mangrove.
Selamat datang di Pulau Pari :)
Landmark Pulau Pari
Halooo pantaiiii... :D
Pantai di Pulau Pari identik dengan gubuk seperti ini..
Me with baby mangrove :)
Ayunan santai di belakang kantor LIPI
Setelah cukup puas berkeliling ke ujung Pulau Pari, kami segera kembali ke homestay untuk makan siang dan bersiap untuk snorkling. Yeayy.. Jadwal siang ini adalah snorkling di beberapa titik spot snorkling dan juga hopping island ke Pulau Tikus. Kami segera berangkat menuju dermaga Pulau Pari. Karena kami hanya berempat, maka kami menggunakan speed boat :) (FYI, normalnya snorkling menggunakan kapal nelayan yang terbuat dari kayu, jadi berasa sedikit lebih high class :p) Siang itu cukup terik, sangat amat menyegarkan ketika kami harus nyemplung untuk snorkling di tengah siang bolong. Namun, snorkling di beberapa titik membuat badan saya teramat gatal, ternyata pada saat itu sedang musim nyamuk laut, sehingga apabila terkena kulit, akan terasa gatal. Namun, apabila kita sudah terbiasa (sekitar 5-10 menit di dalam laut), kita tidak akan merasakannya lagi. Setelah itu, kami hopping island ke Pulau Tikus. Pulau Tikus adalah pulau kosong yang tidak berpenghuni, pulau ini tidak terlalu besar, sehingga kita dapat mengelilinginya hanya dalam kurang lebih lima belas menit. Dan tentunya, Pulau Tikus menjadi spot untuk photoshoot kami :p
Bersiap menuju tempat snorkling
Di tengah laut, tetap harus narsis :p
Snorkling snorkling..
Laut sebening ini ternyata ada juga di Jakarta..
Gaya wajib di pantai.. Jumpp..
Lihat gradasi lautnya..
Mejeng sebentar jadi model :p
Tidak terasa hari sudah mulai sore, kami segera kembali ke Pulau Pari untuk beristirahat dan untuk menunggu Tuhan melukis langit (sunset, red). Setelah bersnorkling ria, maka kami pun kembali ke homestay dengan keadaan basah kuyup tentunya. Kami segera mandi untuk membersihkan diri, setelah itu kami kembali ke daerah Bukit Matahari. Bukit Matahari ini terletak di sebelah dermaga Pulau Pari. Sebenarnya, tempat terbaik untuk melihat sunset ada di pantai belakang kantor LIPI, namun karena kami tahu tempat itu sudah penuh, maka kami mengambil spot lain untuk melihat sunset. Dan hasilnya, TADA.... tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata ketika matahari mulai turun ke peraduannya dan membentuk garis orange di langit. Sejauh ini, sunset di Pulau Pari merupakan yang terunik bagi saya karena bentuknya yang unik seperti memancarkan sinar dari bawah. Tidak hanya itu, bahkan langit di sekitaran berubah menjadi pink. Sungguh menakjubkan :)
Matahari mulai turun ke peraduannya..
TADA.. ini hasil sunset yang spektakuler
Ketika sunset membuat langit berwarna pink
Pinky sky :)
Kemudian setelah melihat lukisan indah di langit, kami pun segera kembali ke homestay untuk bersiap makan malam. Setelah makan malam, tidak ada yang dapat dilakukan selain bercengkrama dan sebagainya. Pulau Pari ini termasuk pulau kecil, tidak ada kegiatan pada malam hari seperti party dan sebagainya. Maka hal yang kami lakukan adalah minum es kelapa (karena tadi siang belum sempat :p), main kembang api (ini khusus kami bawa dari rumah), dan yang paling asik adalah BBQ yeeeyyy, makan lagiii....
BBQ yuhuuu..
fireworks partyyy
Keesokan harinya kami sengaja bangun lebih pagi sekitar pukul 05.00 untuk melihat sunrise di Bukit Matahari, namun ternyata cuaca kurang mendukung sehingga tidak terlihat sunset hingga pukul 07.00. Maka dari itu, kami segera kembali menuju homestay untuk makan pagi. Setelah itu, kami bersepeda menuju ujung utara Pulau Pari yaitu menuju pantai terkenal di Pulau Pari yaitu Pantai Perawan. Pantai Perawan atau yang biasa disebut dengan Pantai Pasir Perawan ini sangat terkenal di masyarakat Pulau Pari, jadi tidak heran pagi-pagi sudah banyak pengunjung. Banyak hal yang dapat dilakukan di pantai ini, antara lain bermain voli pantai, minum di cafe, duduk santai di samping pantai, bermain air di pulau kecil di dekat pantai, ataupun berkeliling hutan mangrove dengan sampan. Ya, kami memilih untuk berkeliling terlebih dahulu dengan menggunakan sampan. Sejauh mata memandang hanya mangrove yang terlihat, nilai seni ada terdapat pada sampan, sebagai orang Jakarta yang hidup di kota, jujur saja saya jarang bermain sampan, jadi ada kenikmatan tersendiri bermain sampan :) Setelah puas, kami bersiap untuk meninggalkan Pulau Pari, dan bersiap kembali ke rutinitas masing-masing.
Bukit Matahari.. Apa anda melihat matahari yang sedang tersenyum ?
Tidak ada sunrise, kapal pun dapat difoto :)
Pantai Pasir Perawan
3 perawan yang ada di pasir perawan :p
Hutan mangrove
Mangrove tumbuh lebat disini..
Dayung sampann..
See our happy face :p
Tips dan Saran:
1. Bagi anda yang tidak mau ribet dan tetap mempunyai bugdet terbatas (seperti saya), tidak ada salahnya untuk menggunakan jasa tour ke Pulau Pari, untuk kali ini, saya menggunakan jasa tour privat dikarenakan saya ingin lebih banyak mengeksplor pulau ini, namun anda yang memiliki budget super terbatas dapat ikut open trip yang biasanya lebih murah. Untuk contact tour dapat menghubungi : EKI - 087878887605/085281327471 - pin bb : 27C3CEF7. Tour ini sangat amat memuaskan. Bahkan saya merasa seperti bos besar karena benar-benar dilayani seperti bos, ketika kami menghilang untuk minum es kelapa, kami segera disusul karena takut kami akan nyasar, semua barang dijaga sehingga kami tidak pernah risih mengenai barang ketika mengikuti trip, dan yang terpenting mereka sangat sigap dengan kamera, sehingga tidak ada momen terlewatkan dengan kamera :p
Thank you Mas Eki dan Mas Black..
2. Homestay yang ada di Pulau Pari umumnya cukup kecil dan sedikit, jadi apabila anda ikut open trip, jangan heran apabila 1 rumah dapat diisi oleh banyak orang. Waktu itu saya ikut tour privat sehingga 1 rumah hanya berisi kami berempat.
Ini homestay kami
3. Jangan pernah menyentuh karang, membuatnya sebagai pijakan untuk berfoto dan lainnya. Saya cukup belajar dari pengalaman ini, bukan hanya dapat merusak terumbu karang itu sendiri, tetapi juga dapat membahayakan kita sendiri. Pengalaman saya memegang karang pada akhirnya sepuluh jari tangan saya harus di-hansaplast karena tergores karang.
4. Kapal dari dan ke Muara Angke cukup membuat sebagian orang mabuk, untuk anda yang tidak tahan dengan ombak, bawa dan minum antimo. Apabila anda tidak terlalu merasa mabuk, pandanglah laut, anda akan menemukan Pulau Cipir, Pulau Kelor, Pulau Onrust, Pulau Untung Jawa, Pulau Bidadari, dan masih banyak lagi.
5. Malam hari di Pulau Pari mungkin terasa membosankan, bawalah mainan ataupun hiburan lainnya untuk mensiasati kejenuhan di malam hari.
6. Jangan lupa bawa snack, sunblock, kacamata hitam, topi, dan tentu kamera, dan segeralah pergi berlibur. Otak mu butuh untuk di-refresh sejenak..
Salam Jalan-Jalan
Sylvia,
xoxo















.jpg)








































